PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL REMAJA



PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL REMAJA

1.         Perkembangan Emosi
Memahami perkembangan remaja tidak hanya dapat dilihat berdasarkan perkembangan social saja melainkan dari apa yang mereka rasakan seperti rasa bangga, dan malu, cinta dan benci, harapan dan ketidakberdayaan, dan perasaan-perasaan takut yang semuanya mencakup pada perkembangan emosional.
Gohm dan Clore (2002) (dalam safaria dan saputra, 2009, 13-14) membagi menjadi dua kategori umum emosi manusia jika dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Pertama, kategori positif atau biasa disebut dengan afek positif. Emosi positif memberikan dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru dan senang. Ketika kita merasakan emosi positif ini, remaja akan merasakan keadaan psikologis yang positif pula.
Kedua, emosi negatif atau afek negatif. Ketika remaja merasakan emosi negatif ini maka dampak yang dirasakan adalah negatif, tidak menyenagkan dan menyusahkan. Macam-macam emosi negatif yaitu sedih, kecewa, putus asa, depresi, dan lain sebagainya.
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut masa badai & topan (storm and stress) Heightened Emotionality, masa yang menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi terutama karena remaja mendapat tejana social dan menghadapi kondisi baru, karena selama masa kayak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Kepekaan emosi yang meningkat sering diujudkan dalam bentuk, remaja lekas marah, suka menyendiri dan adanya kebiasaan nervous, seperti gelisah, cemas dan sentimen, menggigir kukut dan garuk-garuk kepala.
Terjadinya peningkatan kepekaan emosi pada remaja hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
a)      Perubahan sistem endokrim menyebabkan perubahan fisik
b)      Faktor nutrisi : ketegangan emosi
c)      Anemia : apatis, disertai kecemasan dan lekas marah
d)     Kurang kalsium : lekas marah, emosi tidak stabil.
e)      Adanya cacat tubuh
f)       Hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga
g)      Kurangnya model dalam berperilaku
h)      Faktor sosial, tuntutan masyarakat yang terlalu tinggi
i)        Tidak dapat mencapai cita-cita :  frustasi
j)        Penyesuaian terhadap jenis kelamin lain
k)      Masalah-masalah sekolah: masalah penyesuaian diri, emosi, sosial, pertentangan dengan aturan sekolah
l)        Masalah pekerjaan : tidak menentunya kondisi social
m)    Hambatan kemauan: Peraturan di rumah, Norma-norma social, Hambatan keuangan

2.         Perkembangan hubungan sosial
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan denga masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis.  Pemuasan interlektual juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan masalah.  Mengikuti organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja, namun demikian agara remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompoknya diperlukan kopentensi sosial yang berupa kemampuan dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain.
Suatu penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Bronson, menyimpulkan adanya tiga pola orientasi sosial, yaitu:
a.      Withdrawal vs. Expansive
Anak yang tergolong withdrawal adalah anak yang mempunyai kecenderungan menarik diri dalam kehidupan sosial, sehingga dia lebih senang hidup menyendiri. Sebaliknya anak expansive suka menjelajah, mudah ergaul dengan orang lain sehingga pergaulannya luas.
b.      Reaxtive vs aplacidity
Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingg mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang aplacidity mempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli terhadap kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir dalam pergaulan sosial.
c.       Passivity vs Dominant
Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti kegiatan sosial namun mereka cukup puas sebagai anggota kelompok saja, sebaliknya anak yang dominant mempunyai kecenderungan menguasai dan mempengaruhi teman-temannya sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi pemimpin

Tujuan perkembangan Sosial Remaja
a)      Memperluas kontak sosial
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, apakan disekolah atau dilingkungan tetngga.  Remaja mulai menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua.
b)      Mengembangakan  identitas diri
Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaan tentang dirinya, siapakah saya?
c)      Menyesuaikan dengan kematangan seksual
d)     Belajar menjadi orang dewasa

Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional remaja
Perkembangan sosial-emosional pada remaja dipengaruhi oleh 2 faktor. Faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu pengaruh yang timbul dalam diri sendiri , antara lain kondisi fisik, susunan saraf, kelenjar dan sistem otot, kesehatan penyakit dan sebagainya. Faktor tersebut akan mempengaruhi pembentukan identitas pada diri remaja. Yang termasuk faktor eksternal yaitu lingkungan yang meliputi lingkungan tempat tinggal, teman-teman sebaya, kebudayaan  dan perkembangan remaja. (santrock, 2002, 39)




DAFTAR PUSTAKA

Eka Izzaty, Rita, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Safaria, Triantoro & Nofrans Saputra. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: bumi Aksara
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jilid II, Wisnu Chandra, (terj). Jakarta: Erlangga

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment