PERKEMBANGAN
FISIK, INTELEKTUAL, BAHASA DAN PSIKOSOSIAL ANAK
A. Perkembangan Fisik Anak
Pertumbuhan
fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer
dalam pertumbuhan remaja. Perubahan fisik tersebut bukan saja menyangkut
bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh, melainkan juga
meliputi perubahan ciri-ciri yang terdapat pada kelamin utama dan kedua. Baik
pada remaja laki-laki maupun wanita, perubahan fisik tersebut mengikuti
urutan-urutan tersebut.
Pertumbuhan
fisik remaja ditandai oleh (i) perubahan ukuran tubuh, yang selama masa remaja
pertumbuhan tinggi badan bertambah 25 persen dan berat badan bertambah sekitar
200 persen atau dua kali lipat; (ii) proporsi tubuh yang kurang proporsional;
(iii) ciri kelamin utama, yaitu kematangan fungsi alat kelamin utama yang pada
wanita mengalami menstruasi pertama dan pada laki-laki mengalami “mimpi
pertama”; (iv) cirri kelamin kedua seperti pinggul melebar danmencuatnya
putting susu pada wanita dan tumbuhnya kumis dan jenggot serta bulu disekitar
kelamin, dan membesarnya jakun pada laki-laki.
Beberapa
factor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan fisik ini adalah:
1. Factor
keluarga, yaitu meliputi factor keturunan dan factor keluarga;
2. Factor
gizi, yang erat hubungannya dengan kondisi social ekonomi keluarga;
3. Factor
emosional, yang bertalian dengan gangguan emosional yang dialami selama
perkembangannya;
4. Factor
jenis kelamin, dimana laki-laki cenderung meiliki ukuran tubuh lebih tinggi dan
lebih berat dibandingkan wanita;
5. Factor
kesehatan.
Pertumbuhan
fisik mempengaruhi perkembangan tingkah laku remaja, yang hal ini tampak pada
perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri remaja, isolasi diri dari
pergaulan, perilaku emosional seperti gelisah dan mudah tersinggung serta
“melawan” kewenangan, dan semacamnya.
B. Perkembangan Intelektual dan
Kelainan Mental
Menurut
kamus Webster New World Dictionary of the
American Language, istilah intellect berarti
:
1) Kecakapan
untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati
hubungan-hubungan, perbadaan-perbedaan, dan sebagainya. Dengan demikian
kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan;
2) Kecakapan
mental yang besar, sangat intelligence, dan
3) Pikiran
atau inteligensi
Intelek
adalah kecakapan mental, yang mengambarkan kemampuan berpikir. Banyak definisi
tentang inteligensi namun makna inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam berpikir dan bertindak. Kemampuan berpikir atau inteligensi
diukur dengan tes inteligensi. Tes inteligensi yang terkenal adalah tes
Binet-Simon.
Kemampuan
berpikir berpengaruh terhadap tingkah laku. Seseorang yang berkemampuan
berpikir tinggi akan cekatan dan cepat dalam bertindak, terutama dalam
menghadapi permasalahan. Hal ini akan berakibat pada pembentukkan sikap
mandiri. Sebaliknya seseorang yang berkemampuan berpikir kurang akan lebih
bersikap tergantung.
Ciri-ciri
pokok dalam perkembangan intelek remaja (yang telah berada pada tingkat
berpikir operasional-formal) dapat disebutkan sebagai berpikir deduktif-hipotesis
dan berpikir kombinatoris.
Perkembangan
inteligensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengalaman belajar
termasuk berbagai macam latihan, lingkungan, terutama kondisi lingkungan
keluarga. Oleh karena itu terdepat perbedaan kemampuan dan irama perkembangan
inteligensi individu. Secara umum dapat dikenal pengelompokkan individu
berdasarkan tingkat kecerdasaannya dalam beberapa tingkat atau jenjang:
kelompok anak berkelainan mental, kelompok anak bodoh, anak normal, anak
pandai, anak cerdas, dan anak istimewa (jenius).
C. Keterlambatan dan Kelainan Bahasa
Menurut
para pakar, perkembangan fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks
diantara seluruh fase perkembangan (Hardiono Pusponegoro, 2003). Fungsi
berbahasa seringkali menjadi indikator paling baik dari ada tidaknya gangguan
perkembangan intelek. Bersama-sama dengan perkembangan sensori motorik,
perkembangan fungsi bahasa akan menjadi fungsi perkembangan sosial.
Perkembangan
bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah
kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap
kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suaru dan
akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak untuk
mengutarakan pikirnnya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat
berbicara), komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan akhirnya dengan
menggunakan kata-kata. Kemungkinan adanya kesulitan berbahasa harus difikirkan
bila seorang anak terlambat mencapai tahapan unit bahasa yang sesuai untuk
umurnya. Unit bahasa tersebut dapat berupa suara, kata, dan kalimat.
Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan tata bahasa, yaitu
bagaimana suara membentuk kata, kata membentuk kalimat yang benar dan
seterusnya. Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan merupakan
kelainan perkembangan yang paling sering terjadi. Sebanyak 1% anak yang
mengalami keterlambatan bicara, tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen
diantara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan sembuh sendiri, tetapi
70% diantaranya akan mengalami kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai
kesulitan belajar lainnya.
Seorang
anak mengalami keterlambatan perkembangan bahasa jika :
tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu , tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan. Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan. Tidak bicara sampai usia 15 bulan. Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan
Penyebab gangguan bicara dan berbahasa ini antara lain karena :
tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu , tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan. Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan. Tidak bicara sampai usia 15 bulan. Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan
Penyebab gangguan bicara dan berbahasa ini antara lain karena :
•
Sistim syaraf pusat ( otak ): termasuk ini adalah kelainan mental, autism,
gangguan perhatian, serta kerusakan otak.
•
Adanya gangguan pendengaran, gangguan penglihatan maupun kelainan organ bicara.
•
Faktor emosi dan lingkungan : yaitu anak tidak mendapat rangsang yang cukup
dari lingkungannya . Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga
mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih
berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf
karena kurang gizi atau child abus,. mutisme selektif, biasanya terlihat pada
anak berumur 3-5 tahun, yaitu tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya
di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara
pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak
dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan
motivasi.
•
Kumulatif faktor di atas
DAFTAR PUSTAKA
Suwarno,
Sarlito W. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta:
Rajawali Press.
Djaali,
Haji. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Sunarto.
Agung hartono. 2008. Perkembangan peserta
didik. Jakarta : rineka cipta.
0 comments:
Post a Comment