PERKEMBANGAN FISIK DAN INTELEKTUAL
REMAJA
A. Perkembangan
Fisik Remaja
Masa
remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan perkembangan
fisik pada akhir masa remaja menunjukkan terbentuknya remaja laki-laki sebagai
bentuk khas laki-laki dan remaja perempuan menjadi bentuk khas perempuan.
Proses pertumbuhan ini dipengaruhi percepatan pertumbuhan, sehingga pada masa
ini sering ada beberapa istilah untuk pertumbuhan fisik remaja: The Onset of
pubertal growth spurt (masa kritis dari perkembangan biologis) serta The
maximum growth age, berupa: Perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi dan berat
badan, proporsi muka dan badan.
Pertumbuhan
berat badan dan panjang badan berjalan paralel
dipengaruhi oleh
hormon yaitu hormon mammotropik, serta hormone gonadotropik (kelenjar seks),
yang mempengaruhi peningkatan kegiatan pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri
seks primer dan sekunder. Pertumbuhan pada laki-laki bertambah berat karena
kuatnya urat daging dan wanita karena jaringan pengikat dibawah kulit terutama
pada paha, lengan dan dada. Percepatan pertumbuhan
pada wanita
berakhir pada usia 13 tahun dan pada laki-laki pada usia 15 tahun.
Adanya
percepatan pertumbuhan pada remaja berimplikasi pada perkembangan psikososial
mereka yang ditandai dengan kedekatan remaja pada teman sebayanya (peer group)
daripada orangtua atau keluarga. Disamping itu juga remaja pada waktu itu
diharapkan dapat memenuhi tanggungjawab sebagai orang dewasa. Namun karena
belum memiliki pengalaman sebagai orang dewasa, sehingga sering mengalami
kegagalan, hal ini dapat menimbulkan masalah dalam bentuk frustasi dan konflik.
Pada masa ini remaja juga sering mengalami kegusaran hati yang paling dalam
karena perhatian yang besar pada diri terutama kalau ada penyimpangan. Bagi
remaja yang mengalami pertumbuhan yang cacat sering dapat menghambat
kepribadian seperti rendah diri, tidak percaya diri dan sebagainya.
Perkembangan
fisik yang pesat pada diri remaja selalu diiringi dengan perkembangan
psikoseksual, yang dalam hal ini akan dibahas meliputi, tanda-tanda pemasakan
seksual primer dan sekunder; perbedaan pemasakan seksual pada remaja laki-laki
dan perempuan; perbedaan permulaan pemasakan seksual pada remaja laki-laki dan
perempuan; perbedaan urutan gejala pemasakan seksual pada remaja laki-laki dan
perkembangan percintaan pada remaja.
Pada
saat remaja, berlangsung perkembangan fisik. Perkembangan ini ditandai dengan
bertambahnya tinggi dan berat badan, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan
sekunder. Ciri-ciri kelamin primer berkenaan dengan perkembangan alat-alat
produksi, baik pada pria maupun wanita. Pada awal masa remaja anak wanita mulai
mengalami menstruasi dan laki-laki mimpi basah, dan pengalaman ini merupakan
pertanda bahwa mereka telah memasuki masa kematangan seksual. Pada masa ini,
remaja mengalami perkembangan kematangan fisik, mental, sosial, dan emosi.
Remaja memiliki energi yang besar, emosi yang berkobar – kobar sedangkan pengendalian
diri belum sempurna. Sedangkan mengutif
pendapat
(Sarwono 1995), bahwa perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan masa remaja, yang berdampak pada perubahan-perubahan psikologis.
Tak
dapat di sangkal dan memang itu adanya. Pertumbuhan fisik ini merupakan awal
dimana remaja mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri,
memanfaatkan apa yang dimiliki sesuai perannya masing-masing, remaja dituntut
untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai dengan
usianya . Saat inilah masa remaja
membutuhkan
bimbingan dari orang-orang terdekat supaya tidak terjerumus kepada hal-hal yang
tidak diharapkan.
B. Perkembangan
Intelektual Remaja
Satu
hal yang membedakan antara manusia dengan mahluk lain adalah kemampuan berfikir
yang dimilikinya. Binatang misalnya hanya memiliki naluri (instink) sebagai
pendorong tingkah lakunya, sedangkan manusia mampu mengunakan akal pikirannya.
Kemampuan berpikir tersebut tercakup dalam aspek kognitif yang sering disebut
kecerdasan atau inteligensi (intelligence).
Beberapa
ahli mengemukakan pengertian inteligensi. Charles Spearman, mengatakan bahwa
inteligensi adalah suatu kemampuan yang merupakan kemampuan tunggal artinya
semua tugas dan prestasi mental hanya menuntut dua macam koalitas saja yaitu
inteligensi umum dan ketrampilan individu dalam hal tertentu. Trostone
mempunyai pendapat yang berbeda. Dia mengatakan bahwa intelligensi umum
sebenarnya terdiri atas 7 kemampuan yang dapat dibedakan dengan jelas, yang
meliputi kemampuan: (1) menjumlah, mengkalikan, membagi; (2) menulis dan
berbicara dengan mudah; (3) memahami dan mengerti kata yang diucapkan; (4)
memperoleh kesamaan tentang sesuatu; (5) mampu memecahkan persoalan dan
mengambil pelajaran dari pengalaman lampau; (6) dengan tepat dapat melihat dan
mengerti akan hubungan antara benda dengan ruang; dan (7) mengenali objek
dengan cepat dan tepat. Kemampuan-kemampuan tersebut menurut Turstone saling
berhubungan satu dengan yang lain serta membentuk satu kesatuan dalam bentuk
konsep inteligensi. Sedangkan Wechler (dalam Rahmat Wahab, 1999), mengatakan
bahwa inteligensi sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan
bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, nampak sangat
bervariasi, namun dapat disimpulkan bahwa inteligensi merupakan kemampuan dalam
berbagai bidang yang dalam fungsinya saling berhubungan serta dapat diamati
dalam perilaku individu. Witherington, mengidentifikasi beberapa ciri perilaku
inteligensi sebagai manifestasi dari kemampuan inteligensi sebagai berikut:
1. kemampuan
dalam menggunakan bilangan (facility in the use of
numbers)
2. efisiensi
dalam berbahasa (language efficiency)
3. kecepatan
dalam pengamatan (speed of perception)
4. kemudahan
dalam mengingat (facility in memorizing)
5. kemudahan
dalam memahami hubungan (facility in comprehending relationship)
6. imaginasi
(imagination)
Perkembangan
intelektual remaja ditandai dengan kemampuan berpikir jauh melewati
kehidupannya baik dalam dimensi ruang dan waktu, berpikir abstrak yaitu mampu
berpikir tentang ide – ide. Berpikir formal pada remaja ditandai dengan 3 hal
penting yaitu (1) Anak mulai mampu melihat kemungkinan – kemungkinan (2) telah
mampu berfikir ilmiah (3) mampu memadukan ide – ide secara logis.
a)
Tahapan-tahapan Perkembangan
Intelek Remaja
Jean
Piaget, seorang ahli psikologi kognitif, membagi perkembangan intelek/ kognitif
menjadi empat tahap :
1.
Tahap
sensori-motoris (0-2 tahun).
Pada tahap ini segala perbuatan merupakan perwujudan
dari proses pematangan aspek motorik. Melalui pematangan motoriknya, anak
mengembangkan kemampuan mempersepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan dan
belajar mengkoordinasikan tindakannya.Pada tahap ini interaksi anak dengan
lingkungannnya,termasuk orang tuanya terutama dilakukan melalui perasaan dan
otot-ototnya. Interaksi ini terutama diarahkan oleh sensasi dari lingkungannya.
Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya termasuk juga dengan orang
tuanya anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan
sentuhan-sentuhan,melakukan berbagai gerakan dan secarara perlahan belajar
mengordinasikan tindakan-tindakannya.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun).
Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab
perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh
suasana intuitif, dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh
pemikiran tapi oleh unsure perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang
diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.Pada tahap ini
anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam
berinteraksi dengan lingkungannya,termasuk dengan orang tuanya.Dalam
berinteraksi dengan orang lain,anak cenderung sulit untuk dapat memahami
pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri.Dalam
berinteraksi dengan lingkungannya,ia masih sulit untuk membaca kesempatan atau
kemungkinan karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau
peristiwa dalam setiap situasi. Pada tahap ini anak tidak selalu ditentukan
oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga pada intusi.Anak mampu menyimpan
kata-kata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan
mereka.Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa,membaca dan menyanyi.
Ketika kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak,akan mempunyai
akibat yang sangat baik pada perkembangan bahasa mereka.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun).
Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan
realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah
dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang
lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif, sudah mulai
memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu
permasalahan, tetapi masih harus dengan bantuan benda konkret dan belum mampu
melakukan abstraksi.Pada tahap ini juga anak memiliki hubungan fungsional
karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan.Cara berfikir anak yang
masih bersifat konkrit menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak
atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkrit.Di sini sering terjadi
kesulitan antara orang tua dan guru. Misalnya, orang tua ingin menolong anak
mengerjakan pekerjaan rumah, tapi cara yang berbeda yang dipakai oleh guru
sehingga anak tidak setuju.Sementara sering sekali anak lebih percaya terhadap
apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara
tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak
dimengerti oleh anak.
4. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Pada
tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasa dan simbolik,
dan memecahkan persoalanpersoalan yang bersifat hipotesis Remaja, seharusnya
sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah mampu berpikir abstrak,
logis, rasional serta mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat
hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan perlakuan terhadap remaja
sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal sehingga dapat
diterima oleh mereka. Pada tahap ini juga interaksi dengan lingkungan sudah
amat luas,menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat
berinteraksi dengan orang dewasa.Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan
masalah dalam interaksinya dengan orang tua.Namun, sebenarnya secara diam-diam
mereka juga masih mengharapkan perlindungan dari orang tua karena belum
sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.Jadi pada tahap ini ada semacam
tarik-manarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi,karena pada tahap ini
anak sudah mulai mampu mengembangkan fikiran formalnya,mereka juga mulai mampu
mencapai logika dan rasio,serta dapat menggunakan abstraksi.
DAFTAR PUSTAKA
Eka
Izzaty, Rita, dkk. 2007. Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Huda. 2013. Pertumbuhan
fisik dan perkembangan intelek usia remaja.
Al ‘Ulum
http://ariramayantirahayu.wordpress.com/2010/05/18/upaya-gurudalam-
mengatasi- perkembangaremaja/kamis.03-11-2011
Desmita. 2009. Psikologi
Perkembangan. Bandung : Rosda Karya
0 comments:
Post a Comment