KONSEP
ILMU BUDAYA DASAR DALAM AGAMA
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD)
Dosen
Drs.
H. Idad Suhada, M.Pd.
H.
Buhori Muslim, M.Pd.
Oleh
Hadi Maulana Hamzah 1152080033
PRODI
PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
Bismillaahir
Rohmaanirr Rohiim
Puji dan syukur hanya ditujukan
kehadirat Allah Swt. Atas rahmat-Nya makalah yang berjudul “Konsep Ilmu Budaya
Dasar Dalam Agama” yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam
mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dapat terselesaikan.
Pembentukkan dan pengembangan serta
wawasan perhatian pengetahuan dan pemikiran mengenai gejala yang ada dan timbul
dalam masyarakat, khususnya masalah manusia, agama dan budaya, dalam masyarakat
agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan nilai kemanusiaan,
keagamaan, dan kebudayaan dapat dipertajam, merupakan deskripsi penyajian ilmu
budaya dasar.
Ilmu Budaya Dasar tidak lain
merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian
umumtentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebagai akhir kata, kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
banyak terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, Februari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah salah satu mata
kuliah yang membicarakan tentang nilai-nilai, tentang agama, tentang
kebudayaan, dan tentang berbagai macam masalah yang dihadapi manusia dalam
hidupnya sehari-hari. Hal ini diperlukan, karena dirasakan kekurangan pada
system pendidikan kita, baik pada
tingkat menengah maupun pada tingkat perguruan tinggi. Tanpa memungkiri banyak
factor-faktor lain yang menyebabkannya,
Agama merupakan salah satu bagian penting dalam
kebudayaan dan juga berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekali
fungsi-fungsi agama yang membantu dalam kebudayaan manusia untuk
bersosialisasi. Karena dengan agama, masyarakat tidak hanya mementingkan
kebutuhan pribadinya dengan sesama makhluk tapi juga berhubungan dengan sang
pencipta.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Ilmu Budaya Dasar Sebagai Komponen Mata Kuliah Dasar Umum?
2. Apa
Pengertian Ilmu Budaya Dasar?
3. Apa
Tujuan Ilmu Budaya Dasar?
4. Apa
Ruang Lingkup Kajian Ilmu Budaya Dasar?
5. Apa
Pengertian Agama Dalam Ilmu Budaya Dasar?
6. Apa
Fungsi Agama dalam Ilmu Budaya Dasar?
7. Bagaimana
Agama sebagai Gejala Budaya?
8. Bagaimana
Agama sebagai Sasaran Peneltian Budaya?
C.
Tujuan
Makalah
1. Mendeskripsikan
Ilmu Budaya Dasar Sebagai Komponen Mata Kuliah Dasar Umum.
2. Mendeskripsikan
Pengertian Ilmu Budaya Dasar.
3. Mendeskripsikan
Tujuan Ilmu Budaya Dasar.
4. Mendeskripsikan
Ruang Lingkup Kajian Ilmu Budaya Dasar.
5. Mendeskripsikan
Pengertian Agama Dalam Ilmu Budaya Dasar.
6. Mendeskripsikan
Fungsi Agama dalam Ilmu Budaya Dasar.
7. Mendeskripsikan
Agama sebagai Gejala Budaya.
8. Mendeskripsikan
Agama sebagai Sasaran Peneltian Budaya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Ilmu
Budaya Dasar Sebagai Komponen Mata Kuliah Dasar Umum
Ilmu
Budaya Dasar (IBD) adalah salah satu komponen dari sejumlah Mata Kuliah Dasar
Umum (MKDU), sebagai mata kuliah wajib yang menjadi kesatuan dengan mata kuliah
lain di perguruan tinggi.
Secara
khusus MKDU bertujuan untuk menghasilkan warga negara sarjana yang
berkualifikasi sebagai berikut :
a.
Berjiwa Pancasila sehingga segala
keputusan serta tindakannya mencerminkan pengalaman nilai-nilai Pancasila dan
memiliki integritas kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan kepentingan
nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana Indonesia.
b.
Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya, dan memiliki tenggang
rasa terhadap pemeluk agama lain.
c.
Memiliki wawasan komprehensif dan
pendekatan integral di dalam menyikapi masalah kehidupan baik social, ekonomi,
politik, kebudayaan, maupun pertahanan keamanan.
d.
Memiliki wawasan budaya yang luas
tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersam-sama mampu berperan serta
meningkatkan kualitasnya, maupun lingkungan alamiah dan secara bersama-sama
berperan serta di dalam pelestariannya.
B.
Pengertian
Ilmu Budaya Dasar
Ilmu
Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah dan kebudayaan.
Istilah
ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic
Humanities yang berasal dari istilah bahasa Inggris “The Hmanities”. Humanities berasal dari bahasa Latin Humanus yang
berarti manusiawi, berbudaya dan halus (fefined). Secara demikian The
Humanities berkaitan dengan masalh nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia
sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.
Pengetahuan
budaya, (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian
cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi
lagi kedalam berbagai bidang keahlian lain, seperti seni sastra, seni tari,
seni music, seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar adalah usaha yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalh manusia dan kebudayaan.
Masalah-masalah ini dapat didekati
dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara gabungan
berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan menggunakan
masing-masing keahlian didalam pengetahuan budaya (The Humanities). Dengan
perkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang
berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan
pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
C.
Tujuan
Ilmu Budaya Dasar
Tujuan
umum Ilmu Budaya Dasar (IBD) ialah
mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara mempeluas wawasan berpikirnya,
baik yang menyangkut diri sendiri maupun yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya.
Ilmu
Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik seorang pakar dalam salah satu
bidang keahlian (disiplin) yang ternasuk dalam pengetahuan budaya, tetapi Ilmu
Budaya Dasar semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian
mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya
terhadap nilai0-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam
sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Jika
diperinci, maka tujuan Ilmu Budaya Dasar adalah :
1. Lebih
peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, serta lebih
bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
2. Mengusahakan
kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
3. Menyadarka
mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati
serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
4. Mengembangkan
daya kritis terhadap persoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
5. Memiliki
latar belakang pengetahuan dan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
6. Menimbulkan
minat untuk mendalaminya.
7. Mendukung
dan mengembangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
8. Tidak
terjerumus kepada sifat kedaerahan dan pengkotaan disiplin ilmu.
9. Menambahkan
kemampuan mahasiswa untuk menanggapi masalah nilai-nailai budaya dalam
masayarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.
10. Mempunya
kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan da
kebudayaan.
D.
Ruang
Lingkup Kajian Ilmu Budaya Dasar
Bertitik
tolak dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan tersebut diatas, dua masalah
pokok biasa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruanglingkup
kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Adapun kedua masalah pokok tersebut
adalah:
a. Berbagai
aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan
budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The
Humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam
pengetahuan budaya, mauun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin
dalam pengetahuan budaya.
b. Hakekat
manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya
dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat. Dalam melhat dan menghadapi
lingkungan alam, sosila dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-
kesamaan, akan tetapi juga ketidakseragaman yang diungkapkan secara tidak
seragamm sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak
ungkapan, pikiran dan perasaan, tingkah laku dan hasil kelakuannya.
Kedua
masalah pokok tersebut diatas, sudah barang tentu masih memerlukan penjabaran
lebih lanjut untuk bias dioperasionalkan. Rumusan masalah-masalah yang akan
dikaji dalam Ilmu Budaya Dasar
diinformasikan kedalam satu tema, yaitu manusia sebagai makhluk budaya.
Tema ini dikembangkan lebih lanjut kedalam delapan pokok bahasan dan sub pokok
bahasan, yaitu:
1. Manusia
dan cinta kasih:
·
Hakikat Cinta Kasih.
Cinta memang sangat
erat terpaut dengan kehidupan manusia. Tidak pernah selitas pun orang berpikir
bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus akan cinta. Banyak orang tidak
henti-hentinya menonton film tentang kisah cinta, baik yang berakhir dengan
bahagia ataupun yang sebaliknya. Banyak orang suka mendengarkan berpuluh-puluh
lagu yang bermotif tentang cinta, kendatipun demikian, mpir setiap orang tidak
pernah berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu. Padahal, cinta bisa
diibaratkan sebagai suatu seni yang sebagaimana bentuk seni lainnya, sangat
memerlukan pengetahuan dan latihan untuk bias menggapainya. (periksa erich
fromm, seni mencinta, sinar harapan, Jakarta, 1983)
·
Cinta Kasih Dalam Pelbagai Dimensi
Dengn bertitik tolak
kepada kasus hubngan antara orang tua dengan anaknya kita bisa membedakan
pelbagai bentuk kasih sayang berikut ini:
Pertama,
suatu
bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap aktif sementara si anak bersikaf
pasif.
Kedua,
suatu
bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap pasif sementara si anak bersikap
aktif.
Ketiga,
suatu
bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap pasif sementara si anak juga
bersikap pasif.[1]
·
Kasih sayang
Kasih sayang dialami
oleh setiap manusia, karena kasih sayang merupakan bagian hidup manusia. Sejak
lahir, anak telah mengenal kasih sayang, namun hal itu termasuk kekecalian. Kelahiran
anak yang tidak diharapkan, umumnya tidak lahir karena kasih sayang.
Kasih sayang itu tampak
sekali bila seorang ibu sedang menyusui atau menggendok bayinya itu diajak
bercakap-cakap, ditimang-timang, dinyanyikan, meskipun bayi itu tak tahu arti
kata-kata, lagu dan sebagainya.[2]
·
Kemesraan
Kemesraan ialah
hubungan akrab baik antara pria-wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang
sudah berumah tangga.
·
Pemujaan
Pemujaan adalah
perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak
dapat dipsahkan dari kehidupan manusia.hal ini, karena pemujaan kepada Tuhan
adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Apakah sebab hal itu
terjadi karena Tuhan pencipta alam semesta (seperti dalam surat al-Furqon ayat
59-60)
2. Manusia
dan keindahan:
·
Renungan
Renungan berasal dari
kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau
memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.
·
Kehalusan
Kehalusan berasal dari
kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa),
beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopanan, atau keadaban.
·
Keserasian
Keserasian berasal dari
kata serasi; serasi dari kata rasi artinya cocok, sesuai atau kena benar. Kata
cocok sesuai atau kena mengandung unsure pengertian perpaduan, ukuran dan
seimbang.
3. Manusia
dan penderitaan:
·
Rasa sakit adalah rasa yang tidak enak
bagi si penderita, akibat menderita penyakit, atau sakit.
·
Kesyahidan
·
Siksaan
·
Kesengsaraan
·
Neraka
4. Manusia
dan keadilan:
·
Keadilan
·
Ketidakadilan
·
Kejujuran
·
Kecurangan
·
Pemulihan nama baik
·
Pembalasan
5. Manusia
dan pandangan hidup:
·
Cita-cita
·
Kebajikan
·
Sikap hidup
·
Manusia dan pandangan hidup
6. Manusia
dan tanggung jawab serta pengabdian:
·
Pengabdian
·
Kesadaran
·
Pengorbanan
7. Manusia
dan kegelisahan:
·
Keterasingan
·
Kesepian
·
Ketidakpastian
8. Manusia
dan harapan:
·
Kepercayaan
·
Harapan
Kedelapan pokok
bahasan tersebut diatas pada dasarnya termasuk dalam karya-karya yang tercakup dalam pengetahuan
budaya. Dan sebagaimana dikemukakan, untuk mendekati masalah yang akan dikaji
dalam Ilmu Budaya Dasar, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan antar
bidang. Perwujudan mengenai cinta kasih, misalnya terdapat dalam karya-karya
sastra, tarian, music, filsafat, lukisan, patung dan lain sebagainya yang
semuanya merupakan benda-benda budaya. Untuk itu pokok bahasan mengenai manusia
dan cinta kasih dapat didekati dengan menggunakan karya-karya tersebut.
Dengan penyusunan tema-tema semacam itu, dimaksudkan
ahgar mahasiswa lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan masalah yang
dibahas dan untuk menunjukkan bahwa hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan
penglaman hidup manusia. Disamping itu agar mahasiswa juga dapat memperhatikan
norma-norma yang membantu pendidikan. Walaupun penyusunan macam itu diharapkan
untuk mendekatkan dengan pengalaman mahasiswa, masih terbuka kemungkinan untuk
menyesuaikan engan kondisitempat belajar atau daerah setempat.
E.
Pengertian
Agama Dalam Ilmu Budaya Dasar
Agama
menurut Kamus Besar BahasaIndonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada
Tuhan, atau juga idsebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata
“agama” berasal dari bahasa Sanskertaagamayang
berarti “tradisi”. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja religare yang
berarti “mengingat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseoramg mengikat
dirinya kepada Tuhan.
Beberapa
pendapat tentang agama adalah:
1.
Dalam
bahasa Sanskerta
a. Kata
“agama” berasal dari bahas Sanskertayang berarti “tradisi”.
b. Dalam
bahasa sanskerta, agama artinya tidak bergerak (Arthut Mac Donnell).
c. Agama
berasal dari bahasa Sanskerta(yaitu bahasa agama Brahma pertama yang berkitab
Veda) ialah peraturan menurut konsep Veda (Muhammad Ghalib).
2.
Dalam
bahasa Latin
Agama
adalah hubungan antara manusia dengan manusia super (Servius).
3.
Dalam
bahasa Eopa
Agam
adalah asesuatu yang tidak dapat dicapai hanya tenaga akal dan pendidikan saja
(Mc. Muller dan Herbert Spencer).
4. Dala bahasa Indonesia
Agama adalah hubunga manusia Yang
Mahasuci yang dinyatakan dalam bentuk suci pula dan sikap hidup berdasarkan
doktrin tertentu (Sidi Gazalba)
5.
Dalam
bahasa Arab
Agama dalam bahasa Arab ialah din, yang artinya:
· takut dan setia
· paksaaan
· tekanan
· penghambaan
Salah satu syarat dalam kehidupan manusia yang
teramat penting adalah keyakinan, yang oleh sebagian orang dianggap menjelma
sebagai agama. Agama ini bertujuan untuk mencapai kedamaian rohani dan
kesejahteraan jasmani. Dan untuk mencapai kedamaian ini harus diikuti dengan
syarat yaitu percaya dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Yang menciptakan dan
memelihara semua yang ada di dunia ini.
Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang maha Esa
selalu merasa dilindungi oleh Tuhan dalam suasana, keadaan yang bagaimanapun
mereka tidak merasa takut. Mereka yakin bahwa tidak ada daya upaya dan tiada
kekuatan yang akan mempengaruhi atau membinasakankalau Tuhan tidak mengijinkan.
Mengingat kebutuhan manusia akan rasa aman itulah yang menjadi pokok atau
pangkal utama bagi manusia untuk mempercayai Tuhan dan perlunya hidup beragama.
Kepercayaan manusia kepada yang berkuasa itu
berkembang sesuai dengan perkembangan sesuai dengan perkembangan pikiran dan
peradaban manusia itu sendiri, untuk menampung dan memberikan jawaban atas
kegelisahan dan keragu-raguan yang mencemaskan dan menakutkan.
Mengngat kebutuhan jiwa akan rasa aman itu maka
perlu adanya kepercayaan kepada Tuhan, yang akan memberikan ketenangan jiwa. Keprcayaan
tersebut akan menghindarkan perbuatan-perbuatan yang kejam dari orang-orang dan
penyelewengan, sehingga ia akan terhindar dari gangguan jiwa. Begitu juga
halnya dengan orang yang kehilangan kepercayaan diri, harga diri dan kasih
sayang, kalau mereka percaya akan kebesaran Tuhan, maka mereka akan bias
menghadapi semua itu dengan penuh ketenangan.
F.
Fungsi
Agama dalam Ilmu Budaya Dasar
Agama dapat dilihat dari dua fungsi, yaitu dari segi
pragmatisme, seseorang itu menganut suatu agama disebabkan menjaga kebahagiaan
hidup. Akan tetapi, dari segi ilmu budaya, fungsi agama mempunyai dimensi lain
seperti apa yang diuraikan di bawah, yaitu:
1.
Meberi pandangan dunia kepada budaya
manusia. Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia
senantiasa memberi penerangan dunia (sebagai satu keseluruhan), dan juga
kedudukan manusia di dunia.
2.
Menjawa berbagai persoalan yang tidak
mampu dijawab oleh manusia. Setelah persoalan yang senantiasa ditanya oleh
manusia merpakan persoalan yang tidak terjawab oleh akal manusia itu sendiri.
3.
Memberi rasa kekitaan kepada suatu
kelompok manusia. Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok
manusia. Hal ini karena sistem agama menimbulkan keseragaman, bukan saja
kepercayaan yang sama, bahkan tingkah laku, pandangan dunia, dan nilai yang
sama.
4.
Memainkan fungsi pengawalan sosial.
Kebanyakan agama di dunia mengajarkan kepada kebaikan.
Pemahaman
mengenai fungsi agama tidak dapat dilepas dari tantangan-tantangan yang
dihadapi manusia dan masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan
analitis dapat disimpulkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi manusia
dikembalikan pada tiga hal :ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan.
Dibawah ini akan dikaji fungsi manakah yang diberikan manusia kepada agama.
1. Fungsi
Edukatif
2. Fungsi
Penyelamatan
3. Fungsi
Pengawasan Sosial (social control)
4. Fungsi
Memupuk Persaudaraan
5. Fungsi
Transformatif
Dalam
menganalisa fungsi-fungsi social tingkah laku keagamaan kita harus berhati-hati
membedakan antara yang ingin dicapi oleh anggota-anggotabsuatu kelompok pemeluk
tertentu dan akibat yang tidak dikehendaki dari tingkah laku mereka dalam
kehidupan masyarakat.[3]
Peranan
social agama harus dilihat terutama sebagai sesuatu yang mempersatukan. Dalam
pengertian harfiahnya, agammenciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara
anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban social
yang membantu mempesatukan mereka.[4]
G.
Agama
sebagai Gejala Budaya
Agama dapat dikaji, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif atau kedua-duanya, bergantung pada gejala yang
sedang diteliti. Jika agama dikaji sebagai fenomena budaya, paling tidak, ada
lima bentuk gejala agama yang perlu dipehatikan. Pertama, scripture atau nasakah-naskah atau sumber ajaran dan
simbol agama. Kedua, para penganut
atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku, dan penghayatsn para
penganutnya. Ketiga, ritus-ritus,
lembaga-lembaga, dan ibadat-ibadat, seperti shalat, haj, puasa perkawinan, dan
waris. Keempat, alat-alat seperti
mesjid, gereja, lonceng, peci, dan semacamnya. Kelima, organisasi-organisasi keagamaan tempat para penganut agama
berkumpul dan berperan, seperti NU, Muhammadiyah, Gereja Katholik, Syi’ah, dan
lain-lain.
Mengkaji agama sebagai gejala budaya
dapat mengambil sasaran salah satu atau beberapa dari lima bentuk gejala ini.
Orang boleh mengambil tokoh seperti K.H.A Dahlan, Muhammad Iqbal, Muhammad
Abduh, Harun Nasution, dan selainnya sebagai sasaran studinya. Studi semacam
inibiasanya membahas tentang kehidupan dan pemikiran tokoh itu, termasuk
bagaimana tooh itu mencoba memahami dan mengartikulasikan agama yang
diyakininya.
Dalam mengkaji agama, gejala budaya
mengenai naskah atau sumber ajaran agama yang pertama diteliti adalah persoalan
filologi dan kedua adalah isi dari naskah yang ada. Misalnya dalam islam
dibahas Al-Quran dan isinya, kritik atas terjemah orang lain, kitab tafsir atau
penafsiran seseorang, kitab hadits, naskah-naskah sejarah agama, dan
sebagainya. Dapat pula diteliti tentang ajaran atau pemikiran-pemikiran yang
berkembang sepanjang sejarah suatu agama (Islam).
H.
Agama
sebagai Sasaran Peneltian Budaya
Ada bebeapa pendekatan dalam memahami
dan menafsirkan sejarah Islam selama ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Idealis
approach, yaitu memahami dan menafsirkan sejarah Islam dengan
cara mengidealisasikannya sedemikian rupa sehingga seolah-olah dalam sejarah
itu tidak ada cacatnya. Maka khulafa al-rasyidin misalnya dianggap sebagai masa
tak bercacat, meskipun diketahui bahwa di sana terjadi juga pembunhan khalifah
dimasa itu. Pendekatan ini biasanya juga dimiliki oleh orang Islam yang
nalarnya tertutup;
2.
Reductionist
approach, yaitu usaha memahami dan menafsirkan sejarah Islam
dengan mengurangi apa yang semestinya. Pendekatan ini biasanya dimiliki oleh
para orientalis dan musuh Islam.
Kedua pendekatan itu sama-sama
mempunyai kelemahan karena tidak objektif. Sekarang, perlu dikembangkan
pendekatan baru yang objektif dan mampu melihat sumber-sumber sejarah
sebagaimana apa adanya, tanpa menambah dan menguranginya. Hal ini hanya dapat
dilakukan oleh sejarawan muslim yang mempunyai kepercayaaan diri yang tinggi.
Demikianlah satu contoh penelitian sejarah Islam, dengan
bertolak dari naskah tertentu, Sirah Ibnu Hisyam. Contoh
tersebut juga menunjukan bahwa penelitian naskah sebagai penelitian budaya
sekaligus juga dapat digabungkan dengan pendekatan penelitia agama sebagai
gejala sosial, yaitu kaitan naskah Sirah Ibnu Hisym dengan lingkungan sosial
politik dari sumber naskahnya, Ibnu Ishak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu
Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah dan kebudayaan.
Tujuan
umum Ilmu Budaya Dasar (IBD) ialah
mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara mempeluas wawasan berpikirnya,
baik yang menyangkut diri sendiri maupun yang menyangkut orang lain dan alam
sekitarnya.
Bertitik
tolak dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan, dua masalah pokok biasa
dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruanglingkup kajian mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Yaitu masalah dalam berbagai aspek kehidupan
dan hakikat manusia.
Salah
satu syarat dalam kehidupan manusia yang teramat penting adalah keyakinan, yang
oleh sebagian orang dianggap menjelma sebagai agama. Agama ini bertujuan untuk
mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani. Dan untuk mencapai
kedamaian ini harus diikuti dengan syarat yaitu percaya dengan adanya Tuhan Yang
Maha Esa. Yang menciptakan dan memelihara semua yang ada di dunia ini.
Pemahaman
mengenai fungsi agama tidak dapat dilepas dari tantangan-tantangan yang
dihadapi manusia dan masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan
analitis dapat disimpulkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi manusia
dikembalikan pada tiga hal :ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan.
Dibawah ini akan dikaji fungsi manakah yang diberikan manusia kepada agama.
DAFTAR PUSTAKA
Erich fromm, 1983. seni mencinta. Jakarta : sinar harapan.
Widagdho, Djoko. dkk.
1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Suyadi M.P., 1984. Buku
Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar,
Depdikbud.
Merton , Robert K. 1949.
Social Theory and Social Structure,
[Glencoe, Illinois: The Free Press]
Elizabeth . Nottingham,
1996. Agama dan Masyarakat. Jakarta:
P.T. Raja Grafindo Persada.
Mawardi. Nur
Hidayati.2009.Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu
Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar (IAD-ISD-IBD).Bandung: Pustaka Setia.
Nugroho, Widyo. Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Gunadarma.
Hendropuspito. 2000. Sosiologi Agama. Yogyakarta : KANISIUS.
Mustopo, Habib. 1988. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya : Usaha
Nasional.
[1] DRS. Djoko Widagdho,dkk. Ilmu
Budaya Dasar. PT Bumi Aksara. Jakarta :1999. Hlm 43
[2] Drs. Suyadi M.P., Buku Materi
Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud, 1984,hal2-3
[3] Robert K. Merton, Social Theory
and Social Structure, [Glencoe, Illinois: The Free Press, 1949] hlm 61-64
[4] Elizabeth . Nottingham,Agama dan
Masyarakat,Raja Grafindo Persada, Jakarta:1996, hlm 42)
0 comments:
Post a Comment